neobux

klik aja deh

ASKEP GASTRITIS

Jumat, 22 Januari 2010

I. KONSEP DASAR
Gastritis adalah suatu inflamasi yang terjadi pada mukosa lambung baik akut maupun kronik.
Secara klinik gastritis dapat dibagi menjadi:
 Gastritis akut
 Gastritis kronik

A. Gastritis Akut
Merupakan suatu inflamasi akut dari dinding lambung yang biasanya terbatas pada bagian mukosa lambung saja. Gastritis akut terbagi menjadi 2 golongan :
 Gastritis eksogen akuta
 Gastritis endogen akuta

1. Gastritis Eksogen Akuta (Acute Ezogenous Gastris)
Gastritis yang disebabkan faktor dari luar dapat dibagi menjadi:
a. Gastritis eksogen akuta yang simple
Penyakit ini dijumpai pada semua umur dengan gejala khas, yaitu :
 Adanya kelelahan umum yang hebat
 Anorexia, nausea dan vomitus
Etiologi
 Makanan dan minuman yang panas yang dapat merusak mukosa lambung seperti alkohol, salisilat, makanan yang mengandung toksin, stafilokoki.
 Obat-obatan seperti digitalis, yodium, auremisin, sulfas ferrous, kortison kafein dan lain-lain.
Patologi
Penyakit ini menggambarkan respon tubuh terhadap berbagai iritan lokal. Dari hasil pemeriksaan gastrofik pada penderita keracunan makanan yang mengandung stafilokoki didapati oedema pada mukosa, hyperemik, erosi mukosa, ptekie dan eksudat purulen. Pada eksudat ditemui sel-sel PUS, sel-sel epitel dan erytrosit. Sedangkan pada pemeriksaan Biopsi didapati nekrosis sel-sel bagian proksimal kelenjar lambung, lalu nekrosis terjadi pada epitel kelenjar yang lebih distal.
Gejala dan Tanda
Keluhan timbul secara mendadak berupa rasa tidak enak dan nyeri pada epigastrium, nausea yang disusul dengan vomitus. Nyeri makin hebat bila perut kosong.
Saat serangan terjadi biasanya pasien berkeringat, gelisah, sakit pada perutnya dan mungkin disertai panas dan tachikardi.

b. Gastritis Akuta Corosive
Imflamasi akut dan serat pada dinding lambung yang disebabkan oleh bahan korosif.
Etiologi:
 Obat-obatan
 Bahan kimia dan minuman yang bersifat korosif seperti asam pekat, soda kaustik dan lain-lain.
Patologi:
Bahan yang bersifat korosif yang menimbulkan kerak yang disertai reaksi imflamasi. Dapat pula menimbulkan perdarahan mukosa.
Gejala dan Tanda:
 Gejala umum :
- Pasien kolaps dengan kulit yang dingin.
- Tachikardi dan sianosis
 Keluhan lokal
- Perasaan seperti terbakar pada epigastrium.
- Kejang-kejang

Korosi pada mulut dan esopagus dapat menimbulkan :
 Disphagia
 Muntah
 Melena
Terapi:
 Pada fase akut pasien perlu istirahat mutlak selama 1 – 2 hari.
 Atur diet pasien.
 Ganti cairan tubuh yang hilang dengan cairan IV.
 Berikan anti muntah untuk mengatasi muntah.
 Untuk memperbaiki spasme otot dapat diberi anti spasmodik.

2. Gastritis Endogen
Gastritis yang disebabkan oleh kelainan tubuh.
Dapat dibagi menjadi:
a. Gastritis Infeksiosa Akuta
Gastritis yang disebabkan oleh toxin atau bakteri yang berasal dari dalam darah dan masuk ke jantung.
Etiologi:
 Morbili
 Scarlet fever
 Sepsis
 Diphteri
 Influenza  Pneumonia
 Variola
 Typoid
 Yellow fever
Patologi:
Toxin yang beredar dalam pembuluh darah menyebabkan nekrosis pada kelenjar lambung sehingga timbul erosi.
Gejala dan Tanda:
 Anorexia dan vomitus
 Perasaan tertekan pada epigastrium, hematemesis.
Therapi:
 Pengaturan diet
 Pengobatan pada penyakit / agent yang menyebabkannya.

b. Gastritis Flegmonos Akuta
Adalah suatu proses imflamasi yang bersifat purulen dari dinding lambung yang difus maupun lokal.
Etiologi:
Disebabkan oleh infasi langsung dari bakteri pirogen pada dinding lambung seperti streptococcus, stapilococcus dan esceria coli.
Patologi:
Infeksi yang terjadi pada daerah sekitar lambung seperti ulkus ventrikuli atau karsinoma ventrikel dapat menimbulkan peradangan yang bersifat difus ataupun abses lokal. Dapat terjadi flegmon difus yang luas dalam dinding lambung.
Gejala dan Tanda :
Keluhan timbul secara mendadak berupa nyeri hebat pada epigastrium, nausea, vomitus, perasaan tegang pada epigastrium, panas yang tinggi dan kelemahan. Pada inspeksi dilihat lidah sedikit ikterik, sianosis pada ekstrimitas dan sedikit diare. Pada palpasi nyeri tekan epigastrium, abdomen lembek, nadi cepat dan lemah.
Therapi:
 Tindakan pembedahan merupakan indikasi
 Pada abses lokal perlu dilakukan drainage
 Pada pasien dengan flegmon difus perlu gastrektomi
 Pengaturan diet

B. Gastritis Kronika
Merupakan suatu inflamasi yang terjadi pada waktu yang lama.
Etiologi:
Penyebab secara pasti belum diketahui namun diduga disebabkan:
 Bakteri
Gastritis akuta karena infeksi stafilokokus mungkin pada akhirnya dapat menjadi kronis.
 Infeksi lokal
Infeksi pada sinus, gigi dan post nasal drip dapat menimbulkan gastritis.
 Alkohol
Alkohol dapat menimbulkan kelainan pada mukosa lambung.
 Faktor psikologis
Stress dapat meningkatkan sekresi asam lambung.

Klasifikasi gastritis kronika
 Gastritis superfisial
 Gastritis atrificans kronika
 Gastritis hypertropikans kronika

1. Gastritis Superfisial
Adalah imflamasi yang terjadi pada permukaan mukosa lambung.
Patologi:
Terdapat 3 gambaran pokok:
 Oedem pada permukaan epitel lambung
 Hyperemik mukosa secara merata
 Eksudasi
Gejala dan Tanda:
Keluhan yang diajukan samar-samar berupa perasaan tertekan pada epigastrium, rasa penuh, nausea, vomitus, rasa perih sebelum dan sesudah makan, anorexia, penurunan berat badan dan pusing kepala.
Therapi:
 Istirahat
 Pengaturan diet


2. Gastritis Atrificans Kronika
Merupakan akibat dari imflamasi aktif yang ditandai dengan atrofi kelenjar.
Patologi:
 Atrofi progresif epitel kelenjar.
 Hilangnya parental dan chiel cell
 Penurunan pembentukan HCL dan pepsin
Gejala dan Tanda:
Serupa dengan gastritis superfisial yaitu perasaan tertekan pada epigastrium, perut penuh, keluar angin dari mulut, anorexia, nausea, vomitus, mudah tersinggung dan lidah kering.
Therapi:
Ada bermacam-macam therapi, sesuai dengan penyebabnya :
 Vitamin B12, zat besi dan vitamin lainnya.
 Diet yang dianjurkan adalah makanan lembek dalam porsi sedikit tetapi sering.
 Setelah makan sebaiknya istirahat untuk mencegah terjadinya nausea dan vomitus.

3. Gastritis Hypertropikans Kronika
Suatu penebalan mukosa lambung pada proses imflamasi tanpa disertai distruksi dari kelenjar.
Patologi:
 Terjadi penebalan mukosa
 Pembentukan nodula dari mukosa
 Oedem mukosa
Gejala dan Tanda:
 Nyeri pada yang tidak terlalu berkurang setelah minum susu
 Nyeri sering timbul pada malam hari
 Jarang terjadi vomitus
 Dapat terjadi perdarahan sehingga menimbulkan melena.
Therapi:
 Diet makanan lembek
 Dilarang merokok
 Nyeri diatasi dengan anti kolenergik yang dapat mengurangi sekresi getah lambung.

II. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Identitas Pasien
B. Riwayat Penyakit
1. Keluhan Utama
Biasanya pasien datang dengan keluhan nyeri pada epigastrium, mual, muntah, anorexia dan pusing.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada gastritis akut biasanya disertai dengan riwayat keracunan makanan minuman. Tingkat kesadaran menurun, muntah, tachikardi nadi lemah, nafas cepat dan nyeri hebat pada seluruh perut, nyeri pada esofagus, lidah terasa terbakar. Dapat juga ditemukan peningkatan peristaltik usus, diare atau melena.
Sedangkan pada gastritis kronik biasanya gejala sudah dirasakan jauh hari sebelumnya berupa rasa tidak enak pada perut , nausea, vomitus dan gelisah. Keluhan makin hebat bila perut kosong atau adanya stress psikologi.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pada gastritis kronik biasanya keluhan dirasakan lama sebelum pasien memeriksakan diri. Terdapat riwayat pemakaian obat-obatan seperti digitalis, kortison dan lain-lain. Kebiasaan merokok dan minum alkohol.
4. Riwayat Psikologis
Keadaan psikologis seperti stress dapat menimbulkan gastritis kronik. Pola pemecahan pasien juga berpengaruh serta pertahanan diri pasien.
Pengetahuan pasien tentang suatu makanan juga dapat menimbulkan gastritis akut.
5. Riwayat Sosial
Pada pasien gastritis biasanya kebiasaan hidupnya sehari-hari khususnya kebiasaan pola makannya tidak teratur, sering mengkonsumsi makanan dan minuman yang merangsang seperti makanan pedas, minum alkohol dan merokok atau mempunyai tradisi atau kepercayaan yang dapat membahayakan kesehatan.
6. Riwayat Spiritual
Agama dan kepercayaan yang dianut pasien, persepsi pasien terhadap suatu makanan.

C. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
 Tingkat kesadaran klien : compos mentis / apatis
 Keadaan umum : muntah, diare, lidah kering, dan anorexia.
 Ekstrimitas : sianosis, kulit ( ikterik )
2. Auskultasi
Peningkatan peristaltik usus
3. Palpasi
 Suhu tubuh meningkat, turgor kulit jelek
 Nyeri tekan epigastrium
 Tachikardi, hipotensi, tachipnoe / bradipnoe
4. Perkusi, dilakukan bila perlu

D. Pemeriksaan Penunjang / Tambahan
1. Leukositas
2. Hb turun
3. Gastroskopi, Biopsi (k/p)
4. FL, DL
E. Diagnosa Perawatan, Rencana dan Intervensi
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit sehubungan muntah dan diare ditandai dengan nadi lemah dan cepat, turgor kulit jelek.
Tujuan: keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh kembali normal dengan kriteria: Diare dan muntah berkurang / hilang, turgor kulit baik.
Intervensi:
 Berikan cairan pengganti secara intra vena.
 Jangan diberi makanan apa pun pada hari pertama. Dapat dicoba memberi cairan seperti air teh hangat dengan gula dan mineral. Bila masih sakit atau muntah sebaiknya dihentikan.
 Pasang NGT bila perlu.
 Observasi input dan out put secara ketat ( cairan ).
 Awasi keadaan turgor kulit dan tanda-tanda vital.
 Berikan obat-obatan sesuai program medis.
2. Gangguan pemenuhan nutrisi sehubungan dengan anorexia dan kesulitan pemasukan makanan ditandai dengan penurunan BB, mual, muntah dan disfagia.
Tujuan: kebutuhan nutrisi tubuh klien terpenuhi
Kriteria:
 Mual dan muntah berkurang / hilang.
 Pasien dapat menghabiskan makanan yang disediakan.
 Berat badan pasien meningkat.
Intervensi:
 Pemberian cairan intra vena yang mengandung kalori selama belum bisa makan.
 Pasang NGT bila perlu.
 Atur diet pasien.
 Berikan diet dalam porsi kecil tapi sering.
 Beri diet TKTP.

3. Potensial terjadinya shock hipovolemi sehubungan dengan kekurangan cairan tubuh.
Tujuan: tidak terjadinya shock hipovolemi
Intervensi:
 Pemberian cairan pengganti secara intra vena.
 Pengukuran input dan out put cairan tubuh.
 Observasi vital sign dan tanda-tanda shock.
 Berikan posisi trendelenburg bila ditemukan adanya tanda-tanda shock.
4. Gangguan rasa nyaman (nyeri pada epigastrium) sehubungan dengan proses imflamasi pada mukosa lambung.
Tujuan: rasa nyaman terpenuhi dengan kriteria nyeri berkurang / hilang.
Intervensi:
 Memberikan kompres hangat pada daerah epigastrium
 Atur posisi pasien dengan dan anjurkan untuk istirahat / membatasi pergerakan.
 Atur diet pasien, hindari makanan yang merangsang mukosa lambung ( kopi, pedas, minuman keras, rokok ).
 Observasi rasa nyeri pasien.
5. Potensial terjadinya obstruksi jalan nafas sehubungan dengan pasien muntah.
Tujuan: obstruksi jalan nafas tidak terjadi.
Intervensi:
 Atur posisi pasien
 Atasi muntah
 Bersihkan sisa muntahan dari mulut
 Kolaborasi dengan tim medis
 Atur posisi pasien kiri kanan



DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2000. Handbook of Pathophysiology. Lippincott-Raven Publishers. Philadelphia, U.S.A.
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Penerbit: EGC, Jakarta.
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Penerbit: EGC, Jakarta.
Reeves, Charlene J --- (et al). 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Penerbit: Salemba Medika, Jakarta.
Soeparman. 1990. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II Penerbit: Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

1 komentar:

Anonim,  20.41  

makasih askepnya

Posting Komentar

massage

Blog ini akan meng-update postingan setiap minggu.

Jika ada halaman yang kosong jangan hiraukan,copy-paste aja semuanya.

Dan jangan lupa kirim commentnya jika menurut anda blog ini penting


SITEMETER

  © Blogger template The Beach by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP