neobux

klik aja deh

Askep Nefrotic syndrome

Rabu, 03 Februari 2010

BAB 1
PENDAHULUAN

Nefrotic syndrome merupakan keadaan klinis yang ditandai dengan proteinuria, hipoalbuminemia, hiperkolesterolemia, dan adanya edema. Kadang-kadang disertai hematuri, hipertensi dan menurunnya kecepatan filtrasi glomerulus. Sebab pasti belum jelas, dianggap sebagai suatu penyakit autoimun.
Secara umum etiologi dibagi menjadi nefrotic syndrome bawaan, sekunder, idiopatik dan sklerosis glomerulus. Penyakit ini biasanya timbul pada 2/100000 anak setiap tahun. Primer terjadi pada anak pra sekolah dan anak laki-laki lebih banyak daripada anak perempuan.
Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan sangat penting karena pada pasien nefrotic syndrome sering timbul berbagai masalah yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan manusia. Perawat diharapkan memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang memadai. Fokus asuhan keperawatan adalah mengidentifikasi masalah yang timbul, merumuskan diagnosa keperawatan, membuat rencana keperawatan, melaksanakan dan mengevaluasi tindakan yang telah diberikan apakah sudah diatasi atau belum atau perlu modifikasi.

BAB 2
TINJAUAN TEORI

1.1 Konsep Nefrotik Syndrome (NS)
1. Pengertian.
NS adalah penyakit dengan gejala edema, proteinuria, hipoalbunemia dan hiperkolesterolemia (Rusepno, H, dkk. 2000, 832).

2. Etiologi
Sebab pasti belum jelas. Saat ini dianggap sebagai suatu penyakit autoimun. Secara umum etiologi dibagi menjadi :
a. Nefrotic syndrome bawaan.
Gejala khas adalah edema pada masa neonatus.
b. Nefrotic syndrome sekunder
Penyebabnya adalah malaria, lupus eritematous diseminata, GNA dan GNK, bahan kimia dan amiloidosis.
c. Nefrotic syndrome idiopatik
d. Sklerosis glomerulus.

3. Patofisiologi.
Adanya peningkatan permiabilitas glomerulus mengakibatkan proteinuria masif sehingga terjadi hipoproteinemia. Akibatnya tekanan onkotik plasma menurun karean adanya pergeseran cairan dari intravaskuler ke intestisial.
Volume plasma, curah jantung dan kecepatan filtrasi glomerulus berkurang mengakibatkan retensi natrium. Kadar albumin plasma yang sudah merangsang sintesa protein di hati, disertai peningkatan sintesa lipid, lipoprotein dan trigliserida.







































4. Gejala klinis.
- Edema, sembab pada kelopak mata
- Rentan terhadap infeksi sekunder
- Hematuria, azotemeia, hipertensi ringan
- Kadang-kadang sesak karena ascites
- Produksi urine berkurang
5. Pemeriksaan Laboratorium
- BJ urine meninggi
- Hipoalbuminemia
- Kadar urine normal
- Anemia defisiensi besi
- LED meninggi
- Kalsium dalam darah sering merendah
- Kadang-kdang glukosuria tanpa hiperglikemia.
6. Penatalaksanaan
- Istirahat sampai edema sedikit
- Protein tinggi 3 – 4 gram/kg BB/hari
- Diuretikum
- Kortikosteroid
- Antibiotika
- Punksi ascites
- Digitalis bila ada gagal jantung.

1.2 Konsep Asuhan Keperawatan pada Nefrotic Syndrome
1. Pengkajian
a. Identitas.
Umumnya 90 % dijumpai pada kasus anak. Enam (6) kasus pertahun setiap 100.000 anak terjadi pada usia kurang dari 14 tahun. Rasio laki-laki dan perempuan yaitu 2 : 1. Pada daerah endemik malaria banyak mengalami komplikasi nefrotic syndrome.
b. Riwayat Kesehatan.
1) Keluhan utama.
Badan bengkak, muka sembab dan napsu makan menurun
2) Riwayat penyakit dahulu.
Edema masa neonatus, malaria, riwayat GNA dan GNK, terpapar bahan kimia.
3) Riwayat penyakit sekarang.
Badan bengkak, muka sembab, muntah, napsu makan menurun, konstipasi, diare, urine menurun.
c. Riwayat kesehatan keluarga.
Karena kelainan gen autosom resesif. Kelainan ini tidak dapat ditangani dengan terapi biasa dan bayi biasanya mati pada tahun pertama atau dua tahun setelah kelahiran.
d. Riwayat kehamilan dan persalinan
Tidak ada hubungan.
e. Riwayat kesehatan lingkungan.
Endemik malaria sering terjadi kasus NS.
f. Imunisasi.
Tidak ada hubungan.
g. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
Berat badan = umur (tahun) X 2 + 8
Tinggi badan = 2 kali tinggi badan lahir.
Perkembangan psikoseksual : anak berada pada fase oedipal/falik dengan ciri meraba-raba dan merasakan kenikmatan dari beberapa daerah erogennya, senang bermain dengan anak berjenis kelamin beda, oedipus kompleks untuk anak laki-laki lebih dekat dengan ibu, elektra kompleks untuk anak perempuan lebih dekat dengan ayah.
Perkembangan psikososial : anak berada pada fase pre school (inisiative vs rasa bersalah) yaitu memiliki inisiatif untuk belajar mencari pengalaman baru. Jika usahanya diomeli atau dicela anak akan merasa bersalah dan menjadi anak peragu.
Perkembangan kognitif : masuk tahap pre operasional yaitu mulai mempresentasekan dunia dengan bahasa, bermain dan meniru, menggunakan alat-alat sederhana.
Perkembangan fisik dan mental : melompat, menari, menggambar orang dengan kepala, lengan dan badan, segiempat, segitiga, menghitung jari-jarinya, menyebut hari dalam seminggu, protes bila dilarang, mengenal empat warna, membedakan besar dan kecil, meniru aktivitas orang dewasa.
Respon hospitalisasi : sedih, perasaan berduka, gangguan tidur, kecemasan, keterbatasan dalam bermain, rewel, gelisah, regresi, perasaan berpisah dari orang tua, teman.
h. Riwayat nutrisi.
Usia pre school nutrisi seperti makanan yang dihidangkan dalam keluarga. Status gizinya adalah dihitung dengan rumus (BB terukur dibagi BB standar) X 100 %, dengan interpretasi : < 60 % (gizi buruk), < 30 % (gizi sedang) dan > 80 % (gizi baik).
i. Pengkajian persistem.
a) Sistem pernapasan.
Frekuensi pernapasan 15 – 32 X/menit, rata-rata 18 X/menit, efusi pleura karena distensi abdomen
b) Sistem kardiovaskuler.
Nadi 70 – 110 X/mnt, tekanan darah 95/65 – 100/60 mmHg, hipertensi ringan bisa dijumpai.
c) Sistem persarafan.
Dalam batas normal.
d) Sistem perkemihan.
Urine/24 jam 600-700 ml, hematuri, proteinuria, oliguri.
e) Sistem pencernaan.
Diare, napsu makan menurun, anoreksia, hepatomegali, nyeri daerah perut, malnutrisi berat, hernia umbilikalis, prolaps anii.
f) Sistem muskuloskeletal.
Dalam batas normal.
g) Sistem integumen.
Edema periorbital, ascites.
h) Sistem endokrin
Dalam batas normal
i) Sistem reproduksi
Dalam batas normal.
j. Persepsi orang tua
Kecemasan orang tua terhadap kondisi anaknya.

2. Diagnosa dan Rencana Keperawatan.
a) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kehilangan protein sekunder terhadap peningkatan permiabilitas glomerulus.
Tujuan volume cairan tubuh akan seimbang dengan kriteria hasil penurunan edema, ascites, kadar protein darah meningkat, output urine adekuat 600 – 700 ml/hari, tekanan darah dan nadi dalam batas normal.
Intervensi Rasional
1. Catat intake dan output secara akurat

2. Kaji dan catat tekanan darah, pembesaran abdomen, BJ urine
3. Timbang berat badan tiap hari dalam skala yang sama
4. Berikan cairan secara hati-hati dan diet rendah garam.
5. Diet protein 1-2 gr/kg BB/hari. Evaluasi harian keberhasilan terapi dan dasar penentuan tindakan
Tekanan darah dan BJ urine dapat menjadi indikator regimen terapi
Estimasi penurunan edema tubuh

Mencegah edema bertambah berat

Pembatasan protein bertujuan untuk meringankan beban kerja hepar dan mencegah bertamabah rusaknya hemdinamik ginjal.

b) Perubahan nutrisi ruang dari kebutuhan berhubungan dengan malnutrisi sekunder terhadap kehilangan protein dan penurunan napsu makan.
Tujuan kebutuhan nutrisi akan terpenuhi dengan kriteria hasil napsu makan baik, tidak terjadi hipoprtoeinemia, porsi makan yang dihidangkan dihabiskan, edema dan ascites tidak ada.
Intervensi Rasional
1. Catat intake dan output makanan secara akurat
2. Kaji adanya anoreksia, hipoproteinemia, diare.

3. Pastikan anak mendapat makanan dengan diet yang cukup
Monitoring asupan nutrisi bagi tubuh

Gangguan nuirisi dapat terjadi secara perlahan. Diare sebagai reaksi edema intestinal
Mencegah status nutrisi menjadi lebih buruk

c) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunitas tubuh yang menurun.
Tujuan tidak terjadi infeksi dengan kriteria hasil tanda-tanda infeksi tidak ada, tanda vital dalam batas normal, ada perubahan perilaku keluarga dalam melakukan perawatan.

Intervensi Rasional
1. Lindungi anak dari orang-orang yang terkena infeksi melalui pembatasan pengunjung.
2. Tempatkan anak di ruangan non infeksi
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan.
4. Lakukan tindakan invasif secara aseptik
Meminimalkan masuknya organisme


Mencegah terjadinya infeksi nosokomial
Mencegah terjadinya infeksi nosokomial
Membatasi masuknya bakteri ke dalam tubuh. Deteksi dini adanya infeksi dapat mencegah sepsis.

d) Kecemasan anak berhubungan dengan lingkungan perawatan yang asing (dampak hospitalisasi).
Tujuan kecemasan anak menurun atau hilang dengan kriteria hasil kooperatif pada tindakan keperawatan, komunikatif pada perawat, secara verbal mengatakan tidak takur.
Intervensi Rasional
1. Validasi perasaan takut atau cemas


2. Pertahankan kontak dengan klien

3. Upayakan ada keluarga yang menunggu


4. Anjurkan orang tua untuk membawakan mainan atau foto keluarga. Perasaan adalah nyata dan membantu pasien untuk tebuka sehingga dapat menghadapinya.
Memantapkan hubungan, meningkatan ekspresi perasaan
Dukungan yang terus menerus mengurangi ketakutan atau kecemasan yang dihadapi.
Meminimalkan dampak hospitalisasi terpisah dari anggota keluarga.

BAB 3
TINJAUAN KASUS

Pengkajian diambil pada tanggal 16 April 2002 di Ruangan Anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya dengan diagnosa medik Nefrotic Syndrome. Anak masuk rumah sakit tanggal 16 April 2002 dengan nomor register 10153559.
1. Identitas.
Nama : An. Lia
Umur : 5 tahun (23 Juli 1997).
Jenis kelamin : perempuan
Agama : Islam Nama ayah : Tn. Yakiyah (34 tahun).
Pendidikan : SMP tidak lulus
Pekerjaan : petani
Nama ibu : Ny. Tumini (33 tahun).
Pendidikan : SD tidak lulus
Pekerjaan : petani
Alamat : Desa Karangpilang, Kec. Modo, Lamongan
Agama : Islam
Suku : Jawa

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama.
Mengeluh muka dan badan bengkak, perut tambah besar, kencing jarang dan sedikit.
b. Riwayat penyakit dahulu.
Agustus 2001, klien mengalami bengkak pada muka, kaki dan perut tambah besar. Oleh keluarga diperiksakan ke dokter di Lamongan dan dapat pil hijau 3 X ½ selama satu minggu. Setelah bengkak turun, pasien tidak kontrol lagi.
c. Riwayat penyakit sekarang.
Tanggal 16 April 2002 pagi, pasien tidak mau makan karena sakit perut, tegang, muka tangan dan kaki mulai bengkak. Sesak, klien dibawa ke dokter dan kemudian dirujuk ke RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
d. Riwayat kehamilan dan persalinan.
Antenatal : saat hamil ibu pernah sakit jantung/paru-paru. Dan minum obat dari dokter di rumah sakit, Kontrol kehamilan di bidan satu bulan sekali secara teratur.
Natal : klien lahir dibantu dukun (bidan tidak ada). Berat 3 kg, usia kehamilan 9 bulan, lahir spontan, langsung menangis.
Neonatal : warna kulit merah, pucat, kejang dan lumpuh tidak ada, menangis kuat.
e. Imunisasi
BCG 1 kali, DPT 3 kali, polio 3 kali, campak 1 kali dan TT satu kali.
f. Riwayat tumbuh kembang
Berat badan 16 kg, panjang badan 102 cm, perkembangan fisik dan mental meliputi dapat menghitung jari 1 – 10, menyebut warna merah, hijau, kuning dan biru, menurut ibu klien kalau sehat anak bermain dengan teman seusianya.
g. Status nutrisi
Status gii 16/18 X 100 % = 88,9 %.
Sejak sakit tahun 2001, klien tidak makan ikan laut dan telur. Dari dokter dianjurkan juga tidak makan asinan dan makanan snack yang mengandung banyak penyedap rasa. Tetapi anak tidak mau karena kesukaan seperti mie remes, chiki dan snack lainnya. Klien akan mengamuk jika tidak diberikan. Dua hari sebelum MRS minum air putih bisa sampai 1 liter/hari, tidak mau minum susu dan makan, mual dan sakit perut.

3. Pengkajian per sistem.
a. Sistem pernapasan.
RR 40 X/menit (takipnea), ronki positif dan whezeeng negatif, terpasang oksigen nasal 2 L/menit.
b. Sistem kardiovaskuler.
Nadi 148 x/menit, reguler, Tekanan darah 90/60 mmHg, berbaring, tangan kanan, suara jantung S1S2 tunggal di midklafikula 5 sinestra.
c. Sistem persarafan
Kesadaran komposmentis, rewel, gelisah, reaksi pupil baik.
d. Sistem Perkemihan
Menurut ibunya sejak pagi klien jarang kencing walaupun minumnya tetap, kalau kencing klien ngompol, blass kosong.
e. Sistem pencernaan.
Abdomen tegang, kembung, bising usus normal suara lemah. Klien tidak mau makan karena sakit, nyeri abdomen, saat diraba dan diperkusi klien menangis dan menjerit. Vena abdomen menonjol, ascites, BAB positif, mencret sedikit-sedikit, berlendir, minum air putih + 300 cc.
f. Sistem muskuloskeletal.
Kekuatan otot 5 – 5 pada ekstremitas atas dan 3 – 3 ekstremitas bawah.
g. Sistem integumen.
Edem ekstremitas atas dan bawah, akral hangat, suhu/aksila 392 0C, muka sembab, nampak pucat.
h. Sistem reproduksi
Dalam batas normal.
i. Sistem endokrin
Tidak ada riwayat alergi.

4. Respon keluarga.
Kelaurga atau ibu cemas akan keadaan anaknya karena biaya sudah banyak yang dikeluarkan tetapi klien tidak sembuh. Terlebih saat ini biaya menipis dan keluarga sudah mengurus JPS. Keluarga berharap klien cepat sembuh agar cepat pulang.
5. Pemeriksaan penunjang.
Tanggal 16-4-2002
Laboratorium : WBC 8,2 K/uL ; Hb 13,1 g/dl ; Hct 38 % ; albumin 0,87 gr % (3,6-5 gr %), BUN 16 mg % (5-10 mg %) dan creatinin serum 0,51 mg % (0,75-1,25 mg %), kalium 3,0 meq/L, natrium 128 meq/L, kalsium 6,29 meq/L, kolesterol 373 mg/dl.
Urine lengkap : pH 5,0 ; leukosit negatif ; nitrogen negatif, protein 75 mg/dl (positif) ; eritrosit 25/uL (positif)
Radiologi : foto thoraks : cor besar dan bentuk normal, pulmo tidak tampak infiltrat, kedua sinus phrenicol costalis tajam, dengan kesimpulan tidak tampak tanda lung edema.
6. Pengobatan/therapi.
Lasiks 3 X 18 mg
Diit TKTPRL
Transfusi plasma 200 cc, prelasiks 1 ampul



Analisa data
Data Etiologi Masalah
Subyektif :
- menurut ibu klien ;pernah mengalami sakit yang sama bulan Agustus 2001
- sejak 16 April 2002 pagi muka, tangan dan kaki mulai bengkak.
Obyekif :
- edema ekstremitas atas dan bawah, muka sembab, ascites,venaabdomen menonjol, albumin 0,87 g/dl, protein urine 75 mg/dl (positif) dan roncii pada paru kiri dan kanan. Kelainan-kelainan glomerulus


Albuminuria


Hipoalbuminemia


Tekanan onkotik koloid plasma menurun


Volume plasma meningkat

Retensi natrium renal meningkat


Edema

Kelebihan volume cairan Kelebihan volume cairan tubuh
Subyektif :
- menurut ibu 2 haris SMRS klien tidak mau makan, mual dan mengeluh perut sakit
Obyektif :
- status gizi 88,9% (gizi kurang), edema, ascites, albumin 0,87 g/dl, klien hanya mau makan satusendok makan.
Hipoalbuminemia


Sisntesa pritein hepar meningkat


Hiperlipidemia


Malnutrisi Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Subyektif :
- ibu mengatakan klien pernah menderita sakit yang sama pada bulan agustus 2001
Obyektif :
- nadi 148 X/menit, suhu 392 0C, WBC 8,2 X 109/L, akral hangat, dilakukan venflow, status gizi kurang dan edema Penyakti autoimun


Kelainan glomerulus


Imunitas menurun


Infeksi meningkat Resiko tinggi infeksi
Subyektif :
- ibu mengatakan bengkak sejak pagi
Obyektif :
- kekuatan otot 5-5 ekstremitas atas, 3-3 ekstremitas bawah dan klien tirah baring Hipoalbuminemia

Edema


Tekanan, robekan, friksi, maserasi


Kerusakan integritas kulit Resiko tinggi kerusakan integritas kulit
Subyektif :
- mengatakan perut bertambah besar, tidak mau makan karean perut sakit, tegang.
Obyektif :
- kembung, tegang, meteorismus, bising usus normal lemah, ascites,vvena abdomen menonjol, Albuminuria


Hipoalbuminemia


Akumulasi cairan dalam rongga abdomen


ascites Nyero (akut)
Syubyektif :
- ibu mengatakan pasien rewel, tidak mau dibaringkan
Obyektif :
- menangis saat didekati perawat, jika dibaringkan klien berontak. Hospitalisasi


Tindakan invasif Pisah dengan orang tua



Rewel, berontak Kecemasan anak

Perencanaan dan Rasional
1. Kelebihan volumecairan berhubungan dengan hipoalbuminemia.
Tujuan kelebihan volume cairan dapat teratsi setelah 3 hari perawatan dengan kriteria edema, ascites, ronki tidak ada, sembab hilang, peningkatan albumin dan tanda vital dalam batas normal
Intervensi Rasional
1. Timbang berat badan setiap haridengan alat yang sama

2. Catat pemasukan dan pengeluaran carian

3. Monitor nadi dan tekanan darah

4. Observasi adanya perubahan edema


5. Observasi tingkat kesadaran, bunyi paru dan jantung
6. Kolaboratif : diuretik Mengawasi status cairan yang baik. Peningkatan berat badan lebih dari 0,5 kg/hari diduga ada retensi cairan
Perlu waktu menentukan fungsi ginjal. Kebutuhan penggantian cairan dan penurunan resiko kelebihan cairan.
Takikardi dan hipertermi dapat terjadi karena kegagalan ginjal untuk mengeluarkana urine.
Edem dapat bertambah terutama pada jaringan yang tergantung. Edema periorbita menunjukkan adanya perpindahan cairan.
Dapat menunjukkan adanya perpindahan cairan, akumulasi toksin, ketidak seimbangan elektrolit.
Melebarkan lumen tubular, mengurangi hiperkalemia dan meningkatkan volume urine adekuat.

2. Nyeri (akut) berhubungan dengan akumulasi cairan dalam rongga abdomen
Tujuan nyeri (akut) teratasi setelah 3 hari perawatan dengan kriteria secara verbal dan non verbal nyeri berkurang atau hilang, skala 0 – 3, nadi dan tekanana darah dalam batas normal, ascites menurun atau hilang.
Intervensi Rasional
1. Observasi lingkar abdomen setiap hari

2. Observasi nyeri (perubahan/ penambahan), kualitas, lama
3. Kaji bising usus

4. Observasi nadi dan tensi

5. Kolaboratif : diuretik Penambahan lingkar abdomen dapaat memberikan gambaran penambahan akumulasi cairan.
Perubahan dalam intensitas tidak umum tetapi dapat menunjukkan adanya komplikasi
Penurunan bising usus dapat memperberat keluhan nyeri dan indikasi adanya ileus
Nyeri yang hebat dapat meningkatkan nadi dan tensi
Meningkatkan pengeluaran urine yang adekuat.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubugan dengan malnutrisi sekunder dari katabolisme protein
Nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan klien setelah mendapat perawatan 3 hari dengan kriteria edema berkurang atau hilang, albumin dalam batass normal, status gizi baik dna mual tidak ada, porsi makan dihabiskan.
Intervensi Rasional
1. Berikan diet rendah garam dan batasi pemberiana protein 1-2 gr/kg BB/hari
2. Kaji adanya anoreksia, muntah, diare
3. Catat intake dan output makanan secara adekuat.
4. Observasi lingkar perut, bising usus Mencegah retensi natrium berlebihan dan rusaknya hepar dan hemodinamik ginjal
Sebagai reaksi adanya edema intstinal.
Monitoring asupan nutrisi bagi tubuh

Memantau fungi peristaltik usus.

4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunitas yang menurun
Tujuan setelah mendapat perawatan selama 1 minggu tidak terjadi infeksi dengan kriteria tidak ada tanda-tanda infeksi, tanda vital dalam batas normal, tidak terjadi phlebitis.
Intervensi Rasional
1. Cuci tangan sebelum dan sesudah perawatan
2. Lakukan tindakan invasif dengan teknik aseptik
3. Batasi pengunjung dan tempatkan klien pada ruang non infeksi
4. Observasi tanda vital : nadi dan suhu tidap 3 jam
5. Observasi tempat pemasangan venflon. Mengurangi resiko terjadi infeksi nosokomial

Mengurangi resiko terjadi infeksi nosokomial

Meminimalkan kemungkinan terjadi infeksi antar pasien dan dari luar
Nadi dan suhu yang meningkat indikator adanya infeksi
Venflon merupaka port de entri kuman patogen


5. Kecemasan anak berhubungan dengan dampak hospitalisasi
Tujuan setelah mendapat perawatan 3 hari kecemasan anak berkurang atau hilang dengan kriteria secara verbal mengatakana tidak takur, tidak menangis saat didekati, kooperatif terhadap tindakan keperawatan dan mau diajak komunikasi.

Intervensi Rasional
1. Perkenalkan diri kepada klen dan keluarga
2. Libatkan keluarga dalam perawatan klien
3. Anjurkan agar orang terdekat klien menjaganya.
4. Jelaskan kepada anak setiap tindakan yang akan dilakukan
5. Observasi adanya perubahan perilaku pada respon hospitalisasi Membina hubungan saling percaya dengan klien dan keluarga.
Menciptakan hubungan kerjasama
Memberikan rasa nyaman kepada klien

Agar anak kooperatif pada setiap tindakan keperawatan
Merupakan pedoman dalam menentukan perlu tidaknya perbaikan intervensi.

6. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema.
Tujuan setelah dilakukan perawatan selama 1 minggu kerusakan integritas kulit tidak terjadi dengan kriteria edema berkurang atau hilang, kulit merah, tidak terjadi lecet dan dekubitus.
Intervensi Rasional
1. Pertahankan sprei dalam keadaan kering, bersih dan rapih.
2. Observasi lokasi yang mengalami penekanan dalam jangka waktu yang lama
3. anjurkan kepada ibu untuk setiap kali ngompol kain pengalas diganti
4. Observasi edema Kelembaban yang berlebihan menimbulkan rusaknya integritas kulit
Deteksi dini adanya kerusakan integritas kulit


Urine bersifat asama dapat mengiritasi kulit jika kontak dalam jangka waktu yang lama
Deteksi kemungkinan bertambah paarahnya integritas kulit.


Implementasi dan Evaluasi
Tanggal 17 April 2002
1. Diagnosa keperawatan 1.
Jam Implementasi Evaluasi
07.15



07.30
8.10




08.30
11.15

11.45
14.00



Mengukur berat badan : 16 kg
Mengobservasi edem : tungkai kanan dan kiri edema, ascites dan edema pada kelopak mata
Produksi urine 24 jam 150 cc, kuning pekat
Memberikan injeksi lasiks 18 mg/iv
Ngompol 25 cc
Tanda vital : N 100X/mnt, T 110/60 mmHg, RR 36 X/mnt
Ibu mengatakan kalau bengkaknya belum berkurang
Minum 50 cc
Ngompol 50 cc
Tanda vital : N 115 X/mnt, T 115/75 mmHg, RR 35 X/mnt
Minum 25 cc
Bunyi napas ronki
Minum 50 cc
Balans cairan + 25 cc

Pukuil 14.00
S : ibu mengatakan bengkak belum menurun
O : edema periorbital, tungkai kanan dan kiri serta ascites, tanda vital N 115 X/mnt, T 115/75 mmHg, RR 35 X/mnt, ada balans cairan, ronki pada kedua paru.
A : masalah belum teratasi
P : intervensi no 1 – 6 masih diteruskan.


2. Diagnosa keperawatan 2.
Jam Implementasi Evaluasi
11.50






13.10

13.30

Mengobservasi bising usus : meningkat, asvites, linkgarp erut 57 cm
Klien menangis terus kesakitan pada perut, P : saatmakan, dipegang, Q : nyeri sekali saat dipegang, R : seluruh daerah pereut, S : skala 8-9, T : terus menerus
Tanda vital : N 100X/mnt, T 100/60 mmHg, RR 36 X/mnt
Kolaboratif : sementara puasa, pasang NGT untuk dekompresi, pasang lingkar abdomen
Foto thoraks : kesimpulan ileus paralitik
Hasil lab : kalium 3,7 (3,8 – 5,5).
Pukuil 14.00
S : ibu menanyakan mengapa perut bertambah sakit
O : bising usus 40 x/mnt, distensi, meteorismus, vena abdomen menonjol, tanda vital N 120 X/mnt, T 110/70 mmHg, RR 40 X/mnt, klien masih menangis terus
A : masalah belum teratasi
P : intervensi no 1 – 4 masih diteruskan, mrmasang NGT, lingkar perut dan pasien dipuasakan.

3. Diagnosa keperawatan 3.
Jam Implementasi Evaluasi
08.30

11.00


12.10
13.10 Klien muntah, mengatakan tidak mau makan, perut terasa sakit, ascites dan meteorismus.
Hasil lab : kalium 3,7 (3,8-5,5) ; natirum 128 (136-144), kalsium 6,66 (8,1-10,4)
Memasang infus D5 ½ saline 1150 cc/24 jam
BAB mencret 3 kali, sedikit-sedikit arnaa kehijauan
Klien dipuasakan, pasang NGT : keluar cairan warna hijau kecoklatan 25 cc, bising usus meningkat, lingkar perut 57 cm.
Pukuil 14.00
S : ibu mengatakan sakit perut dan tidak mau makan
O : bising usus meningkat, puasa, infus D5 ½ S 1150 cc/24 jam, NGT ada keluar cairan hijau kecoklatan 25 cc.
A : masalah belum teratasi
P : intervensi no 2 –4 masih diteruskan.


4. Diagnosa keperawatan 4.
Jam Implementasi Evaluasi
08.00



08.30


12.00
Memperkenalkan diri kepada pasien ,emnanyakan kondisinya hari ini, klien masih menangis, ibu mengatakan semalam menangis terus, rewel dan tidak mau tidur.
Saat disuntik klien berontak, mengatakan tidak mau, menanyakan kepada ibu siapa lagi yang terdekat dengan klien (menurut ibu bude-nya).
Melibatkan ibu untuk memasang termometer : pasien tenang
Menjelaskan kepada ibu agar selalu ada yang menunggu klien agar ia tidak bertambah takut
Pukuil 14.00
S : pasein mengatakan tidak mau pada saat akandisuntik
O : sering menangis, rewel dan berontak
A : masalah kecemasan anank belum teratasi
P : intervensi no 2, 4 dan 5 diteruskan.


Tanggal 18 April 2002
1. Diagnosa keperawatan 1.
Jam Implementasi Evaluasi
08.25







11.15
11.45

13.30
BAK 24 jam 250 cc
Memberikan injeksi lasiks 18 mg/iv
Tanda vital : N 120X/mnt, T 100/60 mmHg, RR 32 X/mnt.
Mengobservasi : ronki pada kedua paru, oksigen nasal 2 L/menit, edem palpebra, kedua tungkai, ada ascitees, bising usus 37 x/menit, meteorismus, lingkar perut 55 cm dan vena abdomen menonjol.
Foto BOF ulang
Mengukur tanda vital : N 110 X/mnt, T 115/75 mmHg, RR 35 X/mnt
Jumlah urine 100 cc, input 250 cc, balans : : kelebihan 150 cc Pukuil 14.00
S : ---
O : BB 15,5 kg, edema palpebra, tungkai kanan dan kiri serta ascites, lingkar perut 55 cm, hasil BOF kesimpulan meteorismus
A : masalah kelebiahn volume cairan belum teratasi
P : intervensi no 1 – 6 masih diteruskan.


2. Diagnosa keperawatan 2.
Jam Implementasi Evaluasi
08.00 Ibu mengatakan anak sudah tidak terlalu sakit pada pe perutnya, saat dipegang perutnya anak lebih tenang dari hari kemarin, skala 7-8
Lingkar perut 55 cm, masih ascites, meteorismus, bising usus 37 x/menit, cairan keluar dari NGT warna kehijauan (25 cc/24 jam), flastus ada.
Pukuil 14.00
S : anak kadang masih mengeluh sakit jika perut agak ditekan
O : skala 7 – 8, bising usus 37 x/mnt, meteorismus, tanda vital N 110 X/mnt, T 115/75 mmHg
A : masalah belum teratasi
P : intervensi diteruskan,

3. Diagnosa keperawatan 3.
Jam Implementasi Evaluasi
10.15





12.30 Infus D5 ½ saline 1500 cc/24 jam, dicoba minum sedikit-sedikit, NGT ditutup, tidak mual.
Menjelaskan kepada ibu bahwa anak boleh dicoba minum sedikit-sedikit, bila muntah dihentikan
Ibu mengatakan tadi pagi klienmencret dua kali warna hijau kecoklatan, ada flastus.
Mengobservasi bising usus 37 x/menit, lingkar perut 55 cm. Pukuil 14.00
S : ibu mengatakan sudah memberi minum 5 sendok
O : bising usus dan flastus ada, mencret dua kali, masih minum sedikit – sedikit, infus D5 ½ S 1500 cc/24 jam,.
A : masalah nutrisi kurang belum teratasi
P : intervensi diteruskan.


4. Diagnosa keperawatan 4.
Jam Implementasi Evaluasi
09.45




11.00

11.30
Anak rewel, minta jalan-jalan, menjelaskan kepada ibu agar anak digendong sebentar, mungkin anak rewel karena bosan harus berbaring terus
Saat didekati perawaat anak tidak lagi berontak.
Keluarga berkunjung, ada yang membawakan boneka : anak mulai bermaian dengan bonekanya.
Saat akan dilakukan pengukuran suhu dan tekanan darah klien mengatakan tidak mau dan menangis Pukuil 14.00
S : ibu mengatakan anak minta jalan-jalan dan kalau tidak dituruti akan mengamuk
O : saat akan diperiksa anak menangis dan tidak mau, mulai bermain dengan bonekanya, saat didekati perawat anak tidak berontak
A : masalah kecemasan anak mulai teratasi sebagian
P : intervensi no 2, 4 dan 5 diteruskan. Tingkatkan kunjungan dan komunikasi pada klien
Tanggal 19 April 2002
1. Diagnosa keperawatan 1.
Jam Implementasi Evaluasi
08.30





09.00
10.15

12.15





13.30 BAK 24 jam 500 cc
Tanda vital : N 110X/mnt, T 100/60 mmHg, RR 24 X/mnt.
Mengobservasi : ronki tidak ada, edema pada palpebra, kedua tungkai, kedua lengan dan ada ascitees, lingkar perut 53 cm dan BB 15,5 kg.
Memberikan injeksi lasix 18 mg/iv
Melaksanakan advis dokter infus aminofusin 200 cc/hari, D5 ½ saline 1200 cc/24jam.
Mengukur tanda vital : N 105 X/mnt, T 110/70 mmHg, RR 25 X/mnt, ibu mengatakan anak mulai membaik dan ingn cepat pulang, menjelaskan kepada ibu bahwa perawatan klien dengan kasus seperti ini memerlukan kesabaran, sehingga perawatan dapat diberikan secara tuntas.
Balans cairan kelebihan 75 cc Pukuil 14.00
S : ibu mengatakan anak mulai tampak membaik
O : edema palpebra, lengan dan ascites, lingkar perut 53 cm, BB 15,5 kg, tidak ada ronki, tanda vital N 105 x/mnt, T 100/70 mmHG, RR 25 X/menit
A : masalah kelebihan volume cairan teratasi sebagian
P : intervensi diteruskan.


2. Diagnosa keperawatan 2.
Jam Implementasi Evaluasi
09.00 Ibu mengungkapkan keluhan sakit perut anaknya sudah berkurang
Mengobservasi : Lingkar perut 53 cm, masih ascites, bising usus 35 x/menit, meteorismus, saat dipalpasi anak tidak menunjukan wajah kesakitan, skala 1 – 3.
Pukuil 14.00
S : ibu mengungkapkan keluhan sakit perut pada anaknya sudah berkurang
O : bising usus 35 x/mnt, meteorismus, dan masih ascites
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan,

3. Diagnosa keperawatan 3.
Jam Implementasi Evaluasi
08.45

09.10


12.30 Iibu mengatakan pagi ini anak BAB mencret 1 kali dan tidak muntah, tidak mual.
Mengobservasi bising usus 35 x/menit, lingkar perut 53 cm, masih ascites, infus aminofusin 200 cc/hari dan D5 ½ saline 1200 cc/hari
Tidak ada muntah Pukuil 14.00
S : ibu mengatakan pagi ini BAB 1 x mencret, itdak muntah
O : bising usus dan flastus ada, BB 15,5 kg, lingkar perut 53 cm, infus jalan lancar.
A : masalah nutrisi kurang belum teratasi
P : intervensi diteruskan.


4. Diagnosa keperawatan 4.
Jam Implementasi Evaluasi
09.00
Anak tampak tenang, jiak ditanaya dapat mengatakan yan dan tidak, saat akan diberikan injeksi dan dikatakan kalau suntikan lewat slang, klien tidak mengatakan takut dan tidak berontak. Klien bermain dengan boneka. Pukuil 14.00
S : ---
O : anak menjawab saat ditanaya, mulai kooperatif dengan tindakan keperawatan, tampak bermain dengan bonekanya
A : masalah kecemasan anak teratasi
P : intervensi dihentikan

Tanggal 20 April 2002 (Sabtu)
Catatan dari status
S : tidak ada nyeri peut, muntah dan BAB juga tidak ada, BAK dan flastus positif.
O : kompos mentis, edem periorbital kiri dan kanan, edem tungkai menurun, lengan, tidak ada ronki dan whezeeng, BB 16 kg, masih ascites, bising usus postif dan normal, distensi menurun, masih meteorismus, tidak ada nyeri tekan.
Terapi : infus D 5 % 50 cc/hari, Cefotaxim 3 X 1 gram iv, lasix 3 X 18 mg iv, diet TKTPRG 1200 cc + 32 gram protein, diet sonde tiap 2 jam 20 cc, susu tiap 1 jam 10 cc.

Tanggal 21 April 2002 (Minggu)
Catatan dari status
S : BAB positif, tidak ada nyeri peut, muntah, tidak rewel dan flastus positif.
O : edem periorbital kiri dan kanan, edem tungkai menurun, lengan, tidak ada ronki dan whezeeng, BB 15 kg, masih ascites, bising usus postif dan normal, N 109 x/mwnit, T 105/70 mmHg, RR 27 X/menit, abdomen supel.
Terapi : infus habis lepas, Cefotaxim 3 X 1 gram iv, lasix 3 X 16 mg iv, kalk 3 X 1 (po), prednison 3-2-2 (po), diet sonde 1250 kkal + 30 gram protein tiap 2 jam 20 cc, susu tiap 1 jam 20 cc.

Tanggal 22 April 2002
1. Diagnosa keperawatan 1.
Jam Implementasi Evaluasi
08.45




09.15


11.50

12.30

BAK 24 jam 550 cc, BB 15 kg.
Mengobservasi : ronki tidak ada, edema pada palpebra, lingkar perut 50 cm dan supel.
Menjelaskan kepada ibu minum per oral susu # X 200 cc, air putih maksimal 1 L/hari.
Memberikan injeksi Lasix 16 mg iv
Mengukur tanda vital : N 100 X/mnt, T 115/70 mmHg, RR 22 X/mnt
Mengukur tanda vital : N 110 X/mnt, T 110/75 mmHg, RR 22 X/mnt
Bak 250 CC
Balans cairan
Cm = 250 CC
Ck = 300 cc selisih 50 cc Pukuil 14.00
S : ---
O : edema periorbita, asicites menurun, supel, lingkar perut 50 cm, balans cairan (-) 50 cc, hasil lab : urine ginjal mikroskopis albumin (=) 4, urin e profil : protein 150 mg/dl (++), pH 8,0 dan Sg 1,010
A : masalah kelebihan volume cairan teratasi sebagian
P : intervensi 1 – 6 diteruskan.



2. Diagnosa keperawatan 3.
Jam Implementasi Evaluasi
08.40




12.30
Perut supel, flastus positif, bising usus 27 x/menit, BAB 1 kali agak lembek,
Klien makan bubur kasar/nasi lunak habis 1 porsi
Terapi : diet nasi lunak 1300 kkal, 32 gram protein, bubur kasar 3 x/hari, susu 3 X 200 cc
Klien makan nasi, lauk dan sayur habis 1 porsi, ibu mengatakan sejak kecil tidak begitu suka dengan susu sehingga saat ini sulit minum susu. Ibu juga mengatakan klien makan sudah habis 1 porsi, tidak ada muntah dan menceret.
Pukuil 14.00
S : ibu mengatakan kien tidak muntah, mencret dan setiap kali makan selalu habis
O : bising usus 20 x/mnt, flastus positif, ascites menurun, perut supel, hasil lab. Total protein 5,4 g% (6,20-8) ; albumin 3,2 gr% (3,6-5) dan globulin 2,2 gr% (2,6-3)
A : masalah nutrisi teratasi sebagian
P : intervensi 1 – 4 diteruskan

DAFTAR PUSTAKA

Berhman & Kliegman (1987), Essentials of Pediatrics, W. B Saunders, Philadelphia.

Doengoes et. al, (1999), Rencana Asuhan Keperawatan, alih bahasa Made Kariasa, EGC, Jakarta

Matondang, dkk. (2000), Diagnosis Fisis Pada Anak, Sagung Seto, Jakarta

Ngastiyah, (1997), Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta

Rusepno, Hasan, dkk. (2000), Ilmu Kesehaatan Anak 2, Infomedica, Jakarta

Tjokronegoro & Hendra Utama, (1993), Buku Ajar Nefrologi, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

-------, (1994), Pedoman Diagnosis dan Terapi, RSUD Dr. Soetomo-Lab/UPF IKA, Surabaya.

BAB 2
TINJAUAN TEORI

1.3 Konsep Nefrotik Syndrome (NS)
1. Pengertian.
2. Etiologi
b. Nefrotic syndrome bawaan.
c. Nefrotic syndrome sekunder
d. Nefrotic syndrome idiopatik
e. Sklerosis glomerulus.

3. Patofisiologi.





































1.4 Konsep Asuhan Keperawatan pada Nefrotic Syndrome
1. Pengkajian

2. Diagnosa dan Rencana Keperawatan.
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kehilangan protein sekunder terhadap peningkatan permiabilitas glomerulus.
b. Perubahan nutrisi ruang dari kebutuhan berhubungan dengan malnutrisi sekunder terhadap kehilangan protein dan penurunan napsu makan.
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunitas tubuh yang menurun.
d. Kecemasan anak berhubungan dengan lingkungan perawatan yang asing (dampak hospitalisasi).

0 komentar:

Posting Komentar

massage

Blog ini akan meng-update postingan setiap minggu.

Jika ada halaman yang kosong jangan hiraukan,copy-paste aja semuanya.

Dan jangan lupa kirim commentnya jika menurut anda blog ini penting


SITEMETER

  © Blogger template The Beach by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP